Belajar Indikator Williams Percent Range

by / Wednesday, 30 May 2018 / Published in Trading Strategies

Gambaran Umum

Indikator Williams Percent Range mengidentifikasi dimana harga penutupan berhubungan dengan total harga dari rentang (transaksi) n periode. Oscillator ini mirip dengan Stochastic Oscillator, namun naik-turun diplot dalam kisaran negatif.

 

Rumus                                 

Indikator %R didefinisikan sebagai berikut:

%R  = (CP – Hn) / (Hn – Ln) * 100

  • CP = Harga Penutupan Terakhir
  • n =  Jumlah Periode
  • Ln = Harga Ask Terendah selama periode n terakhir
  • Hn = Harga Bid Tertinggi selama periode n terakhir

 

Parameter

Indikator Williams %R mempunyai satu parameter, yaitu n yang menentukan jumlah periode dimana kisaran harga harus dipertimbangkan.

 

Interpretasi

Karena  indikator %R mengukur dimana harga penutupan dalam kaitannya dengan total kisaran harga dari jumlah periode yang dipilih, argumen yang dibuat bahwa jika harga penutupan mendekati harga tertinggi saat ini, maka dalam hal ini kisaran indikator adalah antara -80 dan -100, maka kondisi pasar oversold (jenuh jual) dan koreksi naik berpeluang terjadi. Demikian pula, jika harga penutupan berada dekat dengan posisi level terendah saat ini, maka dalam hal ini kisaran indikator adalah antara 0 dan -20, maka kondisi pasar overbought (jenuh beli)  dan koreksi turun berpeluang terjadi.

Sebagian percaya bahwa sinyal beli dicapai ketika harga mencapai level terendah baru dan kurva Williams%R gagal mengungguli level terendah sebelumnya. Sebaliknya mereka percaya sinyal jual dicapai ketika harga mencapai level tertinggi baru dan kurva Williams%R gagal melewati garis level tertinggi sebelumnya dari 0 hingga 100.

 

Berikut contoh gambar penggunaan indikator william percent range pada platform MetaTrader 5 Java:

 

Contoh Indikator William Percent Range

Kesimpulan

Maka dari uraian penjelasan diatas, pada dasarnya indikator %R adalah indikator yang mampu membantu Anda untuk mengetahui titik pembalikkan sebuah harga. Zona “overbought” atau zona “jenuh beli” bisa diartikan sebagai area dimana harga akan mengalami penurunan dalam beberapa periode dan biasanya trader akan melakukan sell disaat indikator berada di zona tersebut.

Sebaliknya, jikalau indikator berada di zona “oversold” atau zona “jenuh jual”, area ini dapat diartikan sebagai wilayah harga akan berbalik “rebound” atau naik dan biasanya trader akan melakukan buy disaat indikator berada di zona tersebut.

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.

TOP