Bagaimana Menerapkan Trading Divergensi
Sebagaimana telah dipelajari pada bagian sebelumnya, beragam indikator teknikal dan pergerakan harga cenderung bergerak berbarengan. Misalnya ketika stochastick mulia bergerak menurun dari zona jenuh beli (overbought), biasanya bersamaan dengan harga yang menurun.
Dengan kata lain, ketika stochastick merangkak naik dari zona jenuh jual (oversold) mengindikasikan bahwa harga akan naik. Namun terdapat beberapa kasus, yaitu pada saat indikator teknikal dan harga menunjukkan perbedaan arah.
Para trader merujuk skenario tersebut dengan sebutan divergensi. Pola divergensi berlangsung jika indikator teknikal membuat perbedaan arah naik atau turun. Secara khusus, pergerakan dalam pola harga yang membuat level high yang terus naik (higher highs), namun pada saat bersamaan indikator teknikal membentuk formasi level high yang terus menurun (lower highs) maka berlakulah konsep divergensi. Level high dari harga terus menurun (lower highs).
Pola divergensi lainnya juga bisa berlangsung dengan pergerakan harga yang membentuk level low yang terus menurun (lower lows), sementara indikator teknikal menunjukkan pergerakan berpola level low yang terus naik (higher lows) atau harga membentuk lower lows pada saat indikator teknikal membentuk lower lows.
Untuk mempermudah mengingat pola-pola divergensi dan dapat menerapkannya pada saat trading di pasar forex, maka pola divergensi dibagi dalam dua kategori, yaitu : Reguler dan Hidden. Divergensi reguler mengisyaratkan pembalikan (reversal) pada gerak harga. Pada tren naik, harga biasanya membentuk jejak higher highs, namun sesaat indikator teknikal menunjukkan jejak lower highs, hal tersebut bermakna bahwa harga akan berbalik turun.
Pada tren menurun, harga biasanya membentuk pola jejak lower lows, tetapi indikator teknikal mengindikasikan pola higher lows, kondisi ini mungkin sinyal bahwa tren akan segera berakhir.
Sementara Divergensi Tersembunyi (Hidden Divergence) mengindikasikan bahwa tren saat ini kemungkinan kembali pada jalurnya. Saat tren naik, harga biasanya membentuk pola higher lows, namun jika indikator teknikal mulai membentuk lower lows dalam kondisi pullback (berbalik naik), kondisi tersebut kemungkinan isyarat bahwa fase koreksi sudah usai dan tren sebelumnya kembali pada jalurnya.
Pada tren menurun, harga cenderung membentuk pola lower highs, tetapi indikator teknikal mengindikasikan pola jejak higher highs saat ritres , kondisi tersebut menjadi sinyal bahwa fase koreksi telah berakhir dan tren menurun sebelumnya kembali pulih.
Pola divergensi berlaku lebih bagus pada kerangka waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan kerangka waktu yang pendek, karena tren lebih jelas pada kerangka-waktu (time frame) yang lebih panjang.
Selain itu, ada beberapa syarat supaya trading dengan pola divergensi menjadi valid. Salah satunya adalah, pergerakan bersinambung level high dan level low mesti dikonesikan . Anda juga harus memastikan bahwa level high dan low pada harga secara vertikal sejajar dengan level-level high dan low dari indikator teknikal.
Tentu saja, kerap terjadi pola divergensi gagal dan Anda hanya perlu mengantisipasinya dengan strategi manajemen resiko yang baik pada kasus kegagalan tersebut. Dan untuk meminimalisir kejadian tersebut (kegagalan trading dengan pola divergensi), adalah dengan menerapkan analisa berdasarkan kerangka-waktu yang beragam pada setiap pair mata uang.